Wednesday, December 31, 2014

Ironi Sebuah Penghargaan Bernama Ballon D'Or



Sepakbola sejatinya adalah olahraga yang mengutamakan kerjasama tim dengan fungsi dan peran yang berbeda di setiap posisi. Berbeda dengan bola basket yang terkadang cukup dengan sihir satu orang, sebuah laga bisa dimenangkan. Penilaian terhadap kehebatan seorang pemain di tim sepakbola juga sedikit lebih rumit ketimbang basket. Di basket, pencetak poin terbanyak sudah pasti jadi pemain terbaik. Sedangkan atribut lain seperti assist, rebound atau block hanya sekedar pemanis statistik. Di Basket, semua posisi juga memiliki peluang sama dalam mencetak poin, sebuah pembeda utama dengan sepakbola dimana masing – masing posisi punya porsi dan tugas yang berbeda.


Bicara tentang perbedaan utama antara sepakbola dan basket, saya sedikit miris melihat penilaian Ballon D’Or musim ini bahkan, khususnya saat FIFA sudah mengambil alih tepatnya sejak tahun 2010. Terlepas dari kehebatan bahkan menjurus luar biasanya Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo, saya melihat kecenderungan sepakbola mulai berubah seperti basket. Gol adalah satu – satunya indikator kehebatan / kelayakan seseorang pesepakbola untuk diakui kehebatannya. Media memoles kehebatan dua mahluk tadi menjadi pemain “ter-segalanya” di sepakbola saat ini, 5 tahun ke belakang khususnya. Dalam setiap pagelaran FIFA Ballon D’Or dua nama tadi seperti tidak tergantikan dan harus menggerus peluang pemain lain yang kalo kita mau lihat secara fair juga sangat layak.

Ballon D’Or 2014 tersisa 3 kandidat; Manuel Neuer, Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi. Dengan segala hormat kepada Messi dan CR7, sejujurnya bagi saya jelas lebih bergengsi Piala Dunia ketimbang UCL ataupun sekedar rekor – rekor pribadi dalam urusan mencetak gol. Sampai disini sebenernya sudah jelas kan siapa yang menurut saya lebih layak menang Ballon D’Or 2014?. Tapi menarik jika kita bahas lebih mendalam satu persatu, mari disimak.



Manuel Neuer, tidak usah diragukan lagi prestasinya di klub dan timnas. Bersama Bayern Munchen, ia menyumbangkan trofi yang cukup krusial dan tentu pencapaian bersama timnas sebagai juara dunia jelas nilai yang sangat plus. Tidak ada celah bagi pemain ini kecuali posisinya sebagai kiper yang kurang dihargai di dunia sepakbola dan minimnya pemberitaan tentangnya. Neuer juga melewati proses yang panjang di Bayern, setiap musim penampilannya terus membaik dan saat ini ia dalam puncak performance-nya.



Cristiano Ronaldo, seorang mesin pencetak gol. Bagi saya dia bukanlah manusia, tapi ia adalah "mesin" jika dalam urusan mencetak gol. Tak perlu saya paparkan statistiknya disini karena media sudah terus menerus menuliskan tentang kehebatannya termasuk statistik di dalamnya. Real Madrid dibawa meraih La Decima dan Copa Del Rey musim lalu. Jelas secara gelar sangat prestisius tapi yang sedikit mengganggu benak saya adalah, dimana kontribusinya saat final berlangsung? Di final Copa Del Rey ia hanya di bangku penonton tidak menyumbangkan apapun. Di final UCL, penampilannya sangat standar bahkan hanya mampu mencetak sebuah gol konsolasi itupun melalu penalti. Gareth Bale di final CDR dan Di Maria di final UCL jelas menjadi kunci yang tidak terbantahkan, lalu dimanakah fungsi Cristiano Ronaldo saat penentuan gelar juara? Bagi saya pribadi jika pendekatannya adalah pencapaian real Madrid, jelas Di Maria lebih layak dikedepankan sayang media terlalu sibuk memoles Cristiano Ronaldo dan itupun hanya dilihat dari gol – golnya saja bukan prosesnya.



Lionel Messi, ini bagi saya ia adalah "predator" dari planet lain. Puluhan gol selalu lahir dari kakinya di setiap tahun bahkan dengan cara yang unik – unik, baik gol simple maupun berkelas. Selebrasinya juga tidak pernah over acting seperti seteru abadinya, sayangnya apakah hasil kerjanya setahun ini ada yang bisa membuat El Barca dan atau timnas Argentina bangga? Messi gagal meraih gelar bagi klub dan timnasnya. 

Tapi, lagi – lagi polesan media atas torehan rekor pribadinya melalui gol kembali menenggelamkan esensi sepakbola. Semua diukur dari gol, oleh karena itu pemain ini seperti haram hukumnya jika tidak masuk 3 besar Ballon D’Or, sungguh ironis!. 

Selain kondisi diatas, hal yang semakin membuat lucu adalah, Angel Di Maria terpilih menjadi pemain terbaik Argentina 2014. Jika di negaranya saja dia bukan yang terbaik, lalu bagaimana ceritanya ia bisa menjadi calon pemain terbaik dunia?

Bagi saya pribadi, masuknya Cristiano Ronaldo mungkin masih bisa diterima dengan berat hati. Karena, sejatinya jika pendekatannya adalah prestasi di Real Madrid jelas nama Angel di Maria lebih layak. Di Maria memulai musim lalu dengan ancaman terbuang dari skuad Don Carlo, Di Maria bersedia main sebagai gelandang tengah, apa – apa yang ia capai musim lalu adalah sebuah proses adaptasi panjang. Ia sejatinya adalah seorang winger, tapi mau mengalah dan bisa tampil baik di bukan posisi aslinya. Ia juga sangat vital perannya di dua partai final Real Madrid yaitu Copa Del Rey dan Liga Champions. Tapi lagi – lagi saya mendapati sepakbola sudah berubah seperti basket, gol adalah segalanya. 

Lionel Messi juga sama saja, pemberitaan rekor dan argo gol membuatnya bisa bercokol di tiga besar menenggelamkan nama – nama pemain asal Jerman yang menurut saya lebih layak seperti Thomas Muller, Philip Lahm, maupun Schweinsteiger. Hampir semua pilar jerman yang sukses di piala dunia juga sukses bersama klubnya khususnya Bayern Munchen.

Sepakbola adalah olahraga tim, sebuah penghargaan harusnya lebih menekankan pada proses dan alat ukur yang sesuai dengan posisinya.

Sepakbola bukan bola basket yang hanya mengukur kehebatan pemain berdasarkan gol dan rekor yang dipecahkan. 

Sepakbola adalah bagaimana kiper menjadi pintu terakhir, bagaimana bek menghalau serangan, bagaimana gelandang memotong serangan atau menyuplai bola dan bagaimana striker mencetak gol. 

Sepakbola adalah olahraga proses mengalirkan bola dari belakang ke depan hingga berujung gol

Sebuah gol di cabang sepakbola bukan seperti basket yang bisa dilakukan seorang pemain dari ring timnya ke ring lawannya seorang diri, tapi pasti hasil kerjasama dari sebuah tim setidaknya minimal operan langsung dari kiper. 

Hingga detik ini, saya belum menemukan Lionel Messi atau Cristiano Ronaldo membawa bola dari depan gawang timnya hingga mencetak gol dengan dilakukan seorang diri tanpa sentuhan pemain lain, tapi nama – nama seperti Michael Jordan, Kobe Bryant, LeBron James sudah puluhan kali melakukan hal seperti itu di basket. Kini, sepakbola sudah bergeser seperti baskek. Gol adalah segalanya, anda masih tidak percaya? 2 dari 3 pemain kandidat peraih Ballon D’Or adalah jawabannya.

by: @istian