Thursday, June 26, 2014

PREDIKSI: Siapa saja yang bakal bersinar setelah World Cup 2014 (Part 1)


Menyaksikan hampir setiap pertandingan pertandingan di ajang FIFA World Cup 2014 yang saat ini mulai memasuki babak penyisihan grup, membuat saya gatal untuk memberi sedikit review atau prediksi. Tapi, bukan prediksi tentang tim apa yang akan bertahan di ronde selanjutnya, melainkan sedikit prediksi awam tentang pemain pemain muda yang akan menjadi banyak incaran klub klub besar setelah perhelatan World Cup 2014 ini.

Ingat, hanya prediksi dari saya, pengamat awam sepakbola, yang sewajarnya prediksi ini ngga berlaku seandainya, pemain tersebut menjadi faded di masa yang akan datang.

Berikut, 5 pemain yang akan menjadi incaran klub klub besar, dalam pengamatan saya sejauh ini.

Joel Campbell, bintang baru Costarica
Joel Campbell

Joel Campbell, Pemain kelahiran tahun 1992 ini menjadi andalan Costarica di lini depan. Mampu juga di plot sebagai Both Flank (right-left). Menciptakan gol fenomenal dalam kiprahnya di World cup 2014 ini, tampil apik sebagai starter di skuad. Joel Campbell, memiliki dribbling yang baik dan positioning yang mampu merepotkan lawan. Berstatus masih jadi pemain Arsenal. On loan di Olympiakos, saat ini.




Ahmed Musa, memiliki speed dan dribble yang baik
Ahmed Musa

Pada partai penyisihan grup, dimana Argentina kerepotan menjaga lini pertahanan mereka saat menghadapi Nigeria. Ahmed Musa, adalah satu satunya pencetak gol untuk Nigeria saat itu, dua gol ia sarangkan ke gawang Sergio Romero. Memiliki kecepatan dan positioning yang tepat serta tendangan yang cukup akurat, saya rasa dia bakal menjadi pemain hebat dimasa yang akan datang. Umurnya baru 20 tahun.








Beckerman, wajah baru Amerika
Kyle Beckerman

Usianya memang ngga muda lagi. 30 tahun, namun disiplin dalam pertahanan maupun mengcover lini belakang dalam tim, saya rasa cukup bagus.  Beckerman, saat ini bermain untuk tim Real Salt Lake, di plot menjadi captain. Terbiasa seperti itu, kepimpinannya pun terasa dalam tubuh skuad timnas USA. Terutama di lini tengah.









Belgia bangga punya De Bruyne
Kevin De Bruyne

Ngetop di Chelsea, sekarang bermain untuk Wolfsburg, sejak Januari lalu. Kevin De Bruyne memiliki masa depan cerah. Seringkali merepotkan barisan pertahanan lawan, memiliki dribbling serta speed yang bagus. Kevin De Bruyne, seringkali membuat kreasi menyerang merusak pertahanan lawan. Posisi terbaik yang ia miliki menurut saya adalah AMF.








Besar di Sparta Rotterdam, dipoles di PSV
Memphis Depay

Memphis Depay, bersinar di Piala Dunia kali ini bersama Belanda. Usia baru menginjak 19 tahun, namun memiliki shooting accuracy yang cukup baik. Memperkuat PSV Eindhoven saat ini, dalam dua pertandingan terakhir Belanda, Depay menciptakan dua gol. Sekaligus juga menciptakan kreasi beragam dalam serangan, membongkar pertahanan lawan, turut membantu aliran alur bola ke Arjen Robben dan Van Persie.











Bersambung….


By: @Dethtroops

Wednesday, June 25, 2014

INSIDE: Si Gimbal dari Maryland


Beckerman, bintang baru USA

Pertandingan Amerika Serikat vs Portugal lalu menghasilkan skor imbang bagi keduanya, skor 2-2. Portugal nyaris nggak lolos. Pertandingan tersebut menyita perhatian saya. Pasalnya, pemain tengah Amerika Serikat tersebut lumayan bagus. Impresif, saya berkata dalam hati. Orang ini mudah sekali kita kenal, penampilan dan gaya rambutnya cukup nyeleneh di tahun 2014 ini. Dia adalah Kyle Beckerman. Kyle, merupakan salah seorang pemain debutan (dalam World Cup) yang dipanggil oleh Juergen Klinsmann sebelum pergelaran akbar empat tahunan ini.

Hobi juga main Skate
Bermain di klub Real Salt Lake, ia menjadi kapten dalam klub tersebut. Kepemimpinannya terasa, Pria berusia 30 tahun ini mampu memberi motivasi bagi teman teman satu timnya. Beckerman, lahir sebagai di Maryland, sebuah kota yang nggak terlalu mengenal sepakbola. Namun, Kecintaannya terhadap sepakbola lahir ketika ia mengenyam pendidikan di Arundel High School. Membuatnya bergabung pada proyek terobosan Nike saat itu, yaitu Nike –Project 40 , suatu proyek yang membantu Negara mencari talenta talenta baru sepakbola di Amerika Serikat. Tak lama, Beckerman bergabung dalam United States Soccer Federations, Bradenton Academy, kira kira disini serupalah dengan Diklat Ragunan.

Beckerman, dalam karirnya sering pindah pindah posisi. Hampir seluruh posisi telah ia coba, namun ia cukup handal bermain sebagai pemain tengah. Mengawal bek untuk mencegah alur bola lawan. Itulah, mengapa Klinsmann membawanya dan memarkir pemain pemain lama dalam World Cup tahun ini. Permainan yang disuguhi Beckerman cukup impresif dan memuaskan.

Musik, merupakan hobi Beckerman. Musik Reggae merupakan semangat, katanya. Dia dikenal sebagai pribadi yang easy going dalam kesehariannya. Saat bermain di Colorado Rapids, sekitar tahun 2006 lalu, disitulah ia bertemu dengan Kate Pappas yang kelak jadi Pacarnya sekarang. Ayah Beckerman, yaitu Paul Beckerman mengajarkan olahraga lain yang tak kalah uniknya yaitu memancing, olahraga ini membuat Kyle Beckerman handal dalam memancing. Ia sering pergi ke Rocky Mountains hanya untuk memancing.



Selama dalam 15 tahun karir profesionalnya, Beckerman telah membukukan gelar sebagai berikut ini:

United States
CONCACAF Gold Cup (1): 2013

Real Salt Lake
Major League Soccer Western Conference Championship (1): 2013
Major League Soccer Eastern Conference Championship (1): 2009
Major League Soccer MLS Cup (1): 2009

Individual
MLS All-Star (5): 2009, 2010, 2011, 2012, 2013
MLS All-Star Inactive List (2): 2007, 2008

Sumber: Wikipedia.com

Beckerman, bukan tak mungkin akan mengikuti jejak pemain pemain Amerika lainnya yang merumput di dunia biru. Melihat performa apiknya sejauh ini, walau umurnya tak lagi muda. Saya beropini, dia bakal menjadi salah satu legenda dalam sepakbola Amerika.


By: @Dethtroops

London "the city of Football"

   London, adalah ibu kota negara Inggris. kota yang satu ini juga merupakan kota terbesar yang ada di negara tersebut. Banyak yg terkenal dr kota london misal Sungai Thames, Westminster Abbey, Istana Buckingham ataupun jam Big Ben.

   Tetapi London jg terkenal oleh tim-tim sepak bolanya, siapa yg tak tau tim asal London pasti semua bisa menyebutkan minimal 3 tim asal kota London tapi tau kah bahwa di London memiliki banyak tim sepak bola, terdiri dari 14 tim pro dan 80 tim amatir, Fulham fc adalah klub tertua di London berdiri sejak 1879, Arsenal adalah tim pertama London yg menjadi tim profesional di 1891, Arsenal,Chelsea, Totenham adalah tim London yg paling sukses di domestik dan kompetisi eropa.
London Football map


   Totenham adalah tim Inggris pertama yg memenangi trophy EUFA Cup Winners Cup th 1963,Arsenal tim Inggris pertama dan satu-satunya yg memiliki trophy emas BPL th 2004 dan Chelsea tim London pertama yg menjuarai UCL pada tahun 2012.


   Banyaknya tim di London turut membuat banyak stadion di kota tersebut cukup menggabungkan stadion milik Arsenal, Totenham, Chelsea, West Ham, Crytal Palace dan Fulham sudah mampu menampung setengah dari seluruh jumlah penduduk Maladewa.

   Pertandingan bola pertama kali tercatat di London oleh William FitzStephen sekitar 1174-1183. Dia menggambarkan kegiatan pemuda London selama festival tahunan Selasa Shrove. Setelah makan siang semua pemuda kota akan pergi ke ladang untuk mengambil bagian dalam pertandingan bola. Para siswa dari masing-masing sekolah memiliki bola mereka sendiri para pekerja dari masing-masing kota juga membawa bola mereka. Para Manula,ayah, dan kaum berada akan datang di atas kuda untuk menonton para pemuda mereka bersaing.


   Beberapa pertandingan sepak bola di London telah didokumentasikan dengan baik sejak pembentukannya pada tahun 1314. Referensi reguler untuk permainan terjadi sepanjang abad keempat belas dan kelima belas, Sepak bola dilarang oleh Raja Henry IV dari Inggris pada tahun 1409. Karna permainan yang tidak teratur dan penuh kekerasan. Dalam abad keenam belas, kepala sekolah dari Sekolah St Paulus Richard Mulcaster dikreditkan dengan mengambil massa sepakbola dan mengubahnya menjadi terorganisir dan membuat adanya wasit tim sepak bola.

Arsenal adalah tim profesional London pertama tahun 1891, Klub London lainnya segera mengikuti jejak Arsenal seperti Millwall (1893), Tottenham Hotspur (1895), Fulham (1898) dan West Ham (1898).

   Secara historis, klub London belum sesukses klub yg berasal dari North West England, sepert Liverpool dan Manchester United Namun,Arsenal dan Chelsea dianggap sebagai dua dari "Big Four" EPL. Pada 2003-04 mereka menjadi pasangan pertama klub London untuk menyelesaikan urutan pertama dan kedua, dengan Arsenal keluar sebagai juara. Pada 2004-05, mereka melakukannya lagi, kali ini dengan Chelsea yang jd juara 2009-10. tim London membuat rekor tersendiri dimana Chelsea, Arsenal dan Tottenham finis di posisi 4 besar, pertama kalinya.

Regrads


By: @Reza_Kemal

Stadion GBK ada di Russia??



Seandainya Perang Dingin tak pernah terjadi pada awal tahun 90-an silam, dan Rusia tetap menjadi Uni Soviet, secara ekonomi dan pertahanan mungkin Indonesia akan menjadi salah satu negara yang diperhitungkan di wilayah Asia Pasifik khususnya mengingat letak geografisnya yang sangat strategis. Rasanya gatal sekali menulis mengenai hubungan politik kedua negara sejak tahun 1950-an, tapi kali ini saya akan mempersempit tulisan di area sepakbola saja.
Sebelumnya mari sejenak kita me-refresh hubungan romantis Indonesia dengan Rusia yang sejatinya sudah muncul sejak lama, jauh sebelum merdeka tahun 1945, atau diakui kemerdekaannya oleh Belanda tahun 1949/1950 silam.

Sejarah mencatat bahwa orang Rusia (Soviet) pertama yang menginjakkan kaki di Nusantara adalah Afanasy Nikitin dari kota Tver. Nikitin adalah seorang pedagang dan saat ia membuat sebuah catatan mengenai perjalanannya di Asia (sejatinya ia hendak berlayar ke India sekitar tahun 1466-1472) dalam sebuah buku catatan pribadinya bernama “Perjalanan Melampaui 3 Laut”, ia menulis bahwa ada ada “Negara” yang ia beri nama Shabot yang terletak di kawasan tropis sekitar Cina. Peneliti menganggap bahwa yang ia maksud merupakan pulau Sumatra. Nikitin menggambarkan bahwa Shabot adalah pulau yang eksotis dengan keramahan penduduknya, keragaman budaya serta kehangatan iklim dengan rimbun pohon yang menyejukkan. Memang sedikit sekali literatur yang menyebutkan adanya hubungan dagang antara Soviet dengan Indonesia karena pada saat itu pedagang lebih banyak berasal dari India dan Arab (tentu dengan membawa budaya serta agama – red: Islam dan Hindu) sehingga Soviet yang cenderung komunis dianggap bukan orang yang bersahabat, ditambah ketidaksukaan warga pribumi dengan orang asing berkulit cerah (seperti Portugis, Inggris ataupun Belanda).

Terlepas dari hal itu, catatan yang dibuat Nikitin ternyata membuat orang-orang Soviet pada waktu itu tertarik untuk mengunjungi Indonesia, baik untuk berdagang maupun sekadar berkunjung (yang kemudian banyak pelancong asal Soviet yang membawa pulang budaya ketimuran serta agama Islam dan menyebarkannya ke “negara-negara buatan” Soviet seperti Kazakhstan, Uzbekistan dll). Singkat cerita, kesultanan Aceh (Sumatra Utara) yang pada tahun 1800-an tengah gencar-gencarnya membutuhkan armada perang guna mengusir penjajah akhirnya meminta bantuan kepada pihak Soviet baik itu berupa persenjataan maupun barikade ke-gerilya-an. Beruntung, tahun 1879, kapal Soviet bernama Vsadnik berlabuh ke Penang (Malaysia), dan delegasi-delegasi pemberontak Aceh pada waktu itu langsung memohon kepada perwakilan Soviet agar diberikan perlindungan. Kementrian luar negeri Soviet waktu itu (kalau tidak salah saat itu dipimpin oleh Nikolay II) merespon dengan positif dan negatif. Kenapa negatif? Ternyata segelintir pemberontak tersebut juga meminta status kewarganegaraan Soviet. Tentu saja ditolak. Namun demikian, niat baik ditunjukkan pihak Soviet (melalui sosok bernama Tzar) dengan dibangunnya kantor konsulat di Batavia yang akhirnya ditutup tahun 1913 karena campur tangan Belanda dengan VOC-nya.

Bung Karno, disegani Uni Soviet


Disinilah awal mula romantisme Indonesia (atau lebih tepatnya Ir. Soekarno) dengan kubu Soviet. Seperti janji saya, saya tidak akan mendalam membahas kiprah politik presiden pertama Indonesia tersebut di masa orde lama. Sejarah mencatat banyak sekali “bekas-bekas” peninggalan Rusia (terutama di Jakarta) yang menunjukkan betapa dekatnya hubungan antara negara komunis tersebut dengan Indonesia. Mulai dari Tugu Tani, Monas, sampai Gelora Bung Karno. Gelora Bung Karno? Ada apa dengan kompleks olahraga pertama dan terbesar di Indonesia itu?

SUGBK, begitu nama stadion kebanggan Indonesia itu disingkat, ternyata memiliki sejarah yang cukup unik. Bagi kalian yang belum tahu, SUGBK memiliki struktur stadion yang sangat mirip dengan stadion Luzhniki di kota Moskow, Rusia. Kemegahan kedua stadion yang sempat tercatat sebagai 10 stadion terbesar di dunia tersebut sama-sama bertipe olimpik (dengan adanya running track). Bukan hanya itu saja, baik Luzhniki maupun SUGBK merupakan kompleks olahraga, berbeda dengan beberapa stadion lainnya yang memang dibuat untuk gelaran sepakbola (contohnya stadion-stadion di Britannia Raya).

Luzhniki Stadium

Luzhniki Stadium (dulunya bernama Lenin Stadium) merupakan stadion olahraga terbesar di Rusia. Saat ini ada dua klub Rusia yang menggunakannya sebagai kandang, yaitu Torpedo Moscow dan Spartak Moscow. Tahun 2008 kemarin, stadion Luzhniki digunakan sebagai tempat bergulirnya final UEFA Champions League antara Manchester United melawan Chelsea. Armada pasukan tempur Sir Alex Ferguson lah yang akhirnya keluar sebagai juara. Bahkan rencananya final Piala Dunia tahun 2018 mendatang juga akan digelar di stadion berkapasitas 76.000 tempat duduk ini.

Stadion Utama Gelora Bung Karno

Lalu apa hubungan antara Indonesia, khususnya SUGBK, dengan Luzhniki Stadium? Tidak lama setelah selesainya pembangunan Luzhniki Stadium pada tahun 1956, presiden Soekarno melakukan kunjungan ke Rusia. Soekarno kemudian melakukan pidato di depan ratusan ribu pasang mata di stadion tersebut. Sejarah mencatat bahwa itu adalah untuk kali pertama Luzhniki Stadium digunakan sebagai tempat non-olahraga dan tercatat sebagai salah satu kegiatan yang mendapat sambutan paling meriah serta
paling banyak. 

Pada medio 60-an, Soekarno adalah salah satu sosok yang paling diagungkan oleh warga Rusia. Semua orang Rusia mengagumi cara ia berorasi yang sangat menggugah siapapun yang hadir, tak terkecuali oleh pemimpin-pemimpin Soviet pada waktu itu, diantaranya dubes Rusia untuk Indonesia, Alexandrovich Zhukov, dan menteri luar negeri Rusia, A.A. Gromyko. Sebagai catatan tambahan, pada tahun itu pula Indonesia dan Rusia secara diplomasi resmi menandatangani perjanjian bilateral.

Setelah kunjungannya ke Moskow, Ir. Soekarno sempat berbicara dengan pemimpin-pemimpin Rusia mengenai kekagumannya terhadap Luzhniki Stadium, serta keinginannya untuk membangun stadion yang sama megahnya dengan apa yang dimiliki Rusia. Ucapan Soekarno ternyata ditanggapi serius oleh pemerintah Rusia. Sebagai bentuk keseriusan terhadap perjanjian kerja sama bilateral tersebut, Rusia rela menyumbangkan sekitar 12,5 juta dolar untuk pembangunan SUGBK. Angka tersebut tentunya sangat besar pada saat itu. Rusia pun mengirimkan tim arsitek serta pekerja bangunan terbaik guna pembangunan SUGBK yang diresmikan saat Asian Games tahun 1962 silam. Tidak heran jika bangunan kedua stadion sangatlah mirip.

Indonesia vs Uni Soviet


Hanya disitu saja? Tentu saja tidak. Ada kabar yang menyebutkan bahwa lambang garuda yang tersemat di logo PSSI maupun badan otoritas sepakbola Rusia (dan negara) merupakan bentuk dari betapa romatisnya hubungan antara Indonesia dengan Rusia pada waktu itu. Sebuah revolusi yang tentunya sangat membanggakan bagi kita warga Indonesia di tengah mandeknya prestasi sepakbola kita. Tidak perlu kita bicara dunia, untuk level Asia Tenggara saja kita masih kepayahan. 

Kita tidak bisa berharap banyak pada campur tangan Rusia dari segi pembinaan sepakbola, tapi setidaknya secuil sejarah ini bisa menjadi pelecut semangat, pembakar harga diri untuk menunjukkan rasa terima kasih kita, baik itu kepada saksi sejarah kita, maupun kepada Rusia yang sudah membantu banyak dalam perkembangan persepakbolaan kita.


By: @gregah14

Dilema kelaparan dan Piala Dunia


Pelaksanaan piala dunia yang begitu marak pada pertengahan tahun ini selaras dengan maraknya demonstrasi-demontrasi yang menolak diadakanya turnamen bergengsi tersebut. Berbagai pemberitaan negatif selalu saja ada menghiasi event yang empat tahun lalu berlangsung di Afrika Selatan.

Ini bukan pertama kalinya Brazil menyelenggarakan piala dunia, sebelumya pada tahun 1950  negara yang terletak di paling bawah benua amerika inipun berhasil menyelenggarakan  turnamen yang memperebutkan piala karya pematung italia, Silvio Gazzaniga. Pada tahun itu juga terjadi peristiwa yang tidak akan pernah dilupakan masyarakat Brazil hingga saat ini yaitu, Maracanazo. Tim Samba yang kala itu sudah digadang-gadang akan menjadi juara piala dunia, secara tragis harus bertekuk lutut dihadapan Uruguay. Rakyat Brazil pun serasa ditimpa musibah besar. Beberapa fans yang kecewa bahkan sampai melakukan bunuh diri. Dan para pemain yang terlibat pada pertandingan tersebut hampir semuanya mengundurkan diri dari dunia sepakbola karena tidak tahan akan derita yang mereka rasakan, belum umpatan dari masyarakat yang sangat kecewa akan “mimpi buruk” tersebut.

Hal tersbesar yang terasa hingga saat ini dari kejadian Macaranazo ialah, ritual bergantinya jersey utama tim nasional Brazil yang ketika itu berwarna putih, diganti menjadi warna kuning, seperti yang lazim kita lihat hingga saat ini.  

Gegap gempita gelaran piala dunia 2014 ini sungguh memang terasa hingga ke seluruh dunia. Jutaan umat manusia di muka bumi seolah terbius dengan adanya hajatan akbar empat tahunan ini. Tak terkecuali di Indonesia, anak muda, orang tua, ibu-ibu, bapak-bapak, dari tukang ojek sampai politikus pun enggan ketinggalan untuk larut pada kemeriahaan kompetisi sepakbola dunia yang berlangsung dari tanggal 13 juni sampai dengan 14 juli 2014.

Belum lagi peranan media massa cetak maupun elektronik dalam mewartakan segala kejadian yang terjadi di negara tempat lahirnya maestro-maestro sepakbola terkemuka tersebut, mereka bahkan memberikan slot khusus selama bergulirnya piala dunia. Semakin besar  saja efek yang dihasilkan bukan?. Bagi para pengguna sosial media, terutama twitter. Sudah menjadi makanan sehari-hari jika timeline mereka diisi celotehan-celotehaan “komentator dadakan” yang kadang terlihat sotoy mengomentari kejadian-kejadian di lapangan hijau yang mereka lihat dari layar kaca. Tapi, ya disitulah serunya, bahkan tweet-tweet bola ini berhasil menggeser tweet-tweet politik yang ramai jelang pemilihan presiden 2014. Terutama disaat matchday.

Tidak dapat dipungkiri, saya pun menjadi bagian dari jutaan orang yang tenggelam dalam euphoria pesta bola ini. Saya juga yakin kawan-kawan merasakan hal yang sama walaupun tidak semuanya seperti itu. Karena tidak semua orang suka bola, begitupun sebaliknya.
Dibalik meriahnya piala dunia, tahukah kamu jika pesta bola dunia ini justru ditolak oleh sebagian masyarakatnya sendiri. Bukan apa-apa, dana yang digelontorkan pemerintah menghabiskan 11,5 milyar dolar untuk mempersiapkan acara selama sebulan itu, termasuk membangun atau memperbarui stadion di 12 kota yang menyelenggarakan pertandingan antara ke-32 tim.
Itu belum biaya untuk pengamanan, dalam piala dunia kali ini diperkirakan 170.000 personil polisi dan militer Brazil dipersiapkan untuk mengamankan piala dunia. Dengan banyaknya aksi demonstrasi dan ancaman kerusuhan, maka inilah piala dunia dengan pengerahan aparat keamanan terbanyak.


Sekitar 100.000-120.000 polisi dikerahkan untuk mengamankan jalanya piala dunia. Bukan hanya itu, 57.000 pasukan militer pun dikirim ke daerah-daerah perbatasan untuk mencegah masuknya pendatang gelap. Dengan itu, anggaran sebesar 99 Triliun rupiah telah disiapkan. Edan!


sumber: PanditFootball.com


 Itu baru keamanan, belum lagi dana untuk membangun infrastruktur selama gelaran piala dunia. Inilah yang membuat sebagian besar masyarakat brasil menolak piala dunia. Menurut mereka, akan lebih bermanfaat jika uang yang digelontorkan untuk Piala Dunia dialihkan ke sektor yang lebih penting seperti pendidikan dan kesehatan. Makanya para demonstran menggunakan piala dunia ini sebagai alat untuk menyuarakan aspirasi mereka. Dengan dana sebanyak itu, warga brazil berharap kepada pemerintah seharusnya dapat membangun fasilitas umum yang memang lebih dibutuhkan dibandingkan piala dunia.
Tembok-tembok di jalanan pun tidak mau ketinggalan untuk bersuara,seperti yang dilakukan oleh street artist asal Brazil, Paulo Ito. Dia mengekspresikan apa yang masyarakat Brazil rasakan lewat mural-mural di kota Rio De Jainero dan Sao Paolo. Mereka berbagi keyakinan bahwa 11 miliar dollar yang telah dihabiskan untuk Piala Dunia seharusnya digunakan untuk meningkatkan transportasi, kesehatan, dan pendidikan.

Berikut karya-karya dari Paulo Ito: 








 By: @pandufeb

Kisah Jerman vs Jerman dari masa lalu



Saarland, atau mungkin saja jika negara ini masih berdiri hingga sekarang akan diucapkan Saarlandia (seperti Finland menjadi Finladia, Zealand menjadi Selandia, atau Ireland menjadi Irlandia) adalah sebuat wilayah di Jerman bagian barat daya. Sejarahnya, Saarland adalah wilayah hasil dari perjanjian Versailles di tahun 1919.

 
La Sarre

Sebagai sebuah wilayah, Saarland merupakan wilayah yang kaya sumber daya alam. Wilayah Saarland berada di sisi sungai Saar. Kekayaan alam mineral dan batu bara membuat Saarland menjadi salahsatu daerah yang memiliki infrastruktur maju di era revolusi industri. Daerah ini juga pernah diduduki Inggris dan Perancis dari tahun 1920 hingga 1935. 


Negara yang kini menjadi negara bagian dari Federasi Jerman ini adalah buah dari pendudukan sekutu atas Nazi Jerman pasca-PD II.

Saarland adalah daerah protektorat. Protektorat sendiri artinya adalah negara atau wilayah yang dikontrol, bukan dimiliki, oleh negara lain yang lebih kuat. Sebuah protektorat biasanya berstatus otonomi dan berwenang juga untuk mengurus masalah dalam negeri. Saarland adalah wilayah yang telah dua kali dipaksa menjadi protektorat oleh sekutu karena kebijakan "pelucutan industri". Protektorat ini dibentuk setelah Jerman dibagi menjadi dua bagian di Perang Dunia II. Saat itu Saarland secara tidak langsung dikontrol oleh Perancis yang saat itu mendapat ‘jatah’ dari sekutu. Perancis memprotes kebijakan Saarland yang akan dimasukkan ke dalam wilayah Federasi Jerman (Jerman Barat). 

Bendera Saarland


Pada waktu itu warga Saarland juga menolak untuk bergabung bersama Perancis. Begitupun dengan atlet-atletnya. Mereka lebih memilih untuk membawa nama Saarland ketimbang memilih Perancis. Saarland sendiri sebenarnya telah melakukan upaya untuk merdeka dari Jerman atau Perancis. Usaha tersebut diantaranya berpartisipasi di Olimpiade Musim Panas 1952 di Helsinki, Finlandia juga di babak kualifikasi Piala Dunia 1954.


Saarland memiliki federasi sepakbola yang bernama The Saarländischer Fußballbund (SFB) yang didirikan 25 Juli 1948 di Sulzbach, dan diterima menjadi anggota FIFA tepat 2 minggu sebelum Piala Dunia 1950 digelar. Selama berdirinya yang hanya berusia 6 tahun saja, Saarland hanya sempat mengikutibeberapa pertandungan persahabatan juga kualifikasi Piala Dunia 1954. Sebelum Piala Dunia 1954 di Swiss, pada tanggal 5 Juni, mereka menjadi tuan rumah pertandingan melawan juara dunia saat itu Uruguay, mereka kalah 1-7. 

Selanjutnya mereka melawan Yugoslavia (1-5), Belanda (1-2, dan 2-3) dan Swiss (1-1).  Di kualifikasi Piala Dunia 1954, Saarland berada satu grup dengan Jerman Barat, dan Norwegia. Di laga kualifikasi Piala Dunia 1954 tersebut, Saarland unggul di laga perdana melawan Norwegia dengan skor 3-2 di Oslo. Sayang, di 3 laga selanjutnya Saar hanya berhasil meraih hasil seri melawan Norwegia di Saarbrücken, ibukota Saar. Saarland selanjutnya harus kalah dari Jerman Barat, 3-0 pada laga tandang dan kalah 1-3 melawan Jerman Barat di laga kandang. Pupuslah harapan Saarland untuk mencatat sejarah di Piala Dunia untuk pertama kali.



Saarland sendiri bukan merupakan negara yang berdaulat, oleh karena itu mereka tidak disebut sebagai Tim Nasional, tapi meraka disebut Auswahl atau yang juga berarti selection. ‘Timnas’ Saarland kala itu dilatih oleh Helmut Schön. Schön menangani timnas Saarland dari 1952 hingga 1956. Setelah Saar melakukan referendum dan bergabung dengan 1957 dengan Jerman Barat,  Helmut Schön bergabung ke dalam staf kepelatihan Jerman Barat sebagai asisten pelatih Sepp Herberger dan Helmut kemudian menangani Jerman Barat sejak 1964 hingga 1978. Schön membawa 3 anak asuhnya di Saarland ke timnas Jerman Barat, yaitu Karl Ringel, Gerhard Siedl dan Heinz Vollmar. 

Helmut juga nyaris saja membawa Jerman Barat menjuarai Piala Dunia hanya dalam jangka waktu 2 tahun saja, jika kala itu tidak dikalahkan oleh Inggris di babak final di tahun 1966. Selang 4 tahun kemudian yaitu 1970, ia membawa Jerman Barat di posisi ketiga di Piala Dunia. 1972 ia membawa Jerman Barat memenangi Piala Eropa, dan memenangi Piala Dunia 1974.


Timnas Saarland tahun 1954
Tim Saarland terdiri dari sebagian besar pemain dari 1. FC Saarbrücken dan ditopang oleh pemain dari SV Saar 05 Saarbrücken dan Borussia Neunkirchen, dengan beberapa dari  SV St Ingbert 1945, FC 1912 Ensdorf, dan ASC Dudweiler. Ada cerita menarik ketika Saarland masih eksis sebagai sebuah wilayah protektorat. Kala itu klub mereka yang paling terkenal adalah 1. FC Saarbrücken. die Molschderjulukan FC Saarbrücken- kala itu adalah klub yang dipenuhi pemain-pemain yang bertalenta. 

Saking bertalentanya, pemerintah Perancis kala itu pun hingga turut campur.  1.FC Saarbrücken, yang waktu itu mencapai final kejuaraan Jerman tahun 1943, diundang untuk bergabung dengan Divisi II Perancis untuk musim 1948-1949 sebagai tamu setelah AS Angoulême ‘dibujuk’ untuk mengundurkan diri dari turnamen. 1.FC Saarbrücken yang memakai nama"FC Sarrebruck" di Perancis. Mereka memenangkan divisi dengan dengan catatan fenomenal jika resmi dihitung sebagai anggota Federasi Sepakbola Perancis. Mengalahkan Rouen 10-1 dan Valenciennes 9-0. Semusim di Divisi 2 Perancis, FC Saarbrücken merajai dengan unggul 6 poin diatas Girondins Bordeaux.

FC Saarbrücken kemudian diterapkan untuk bergabung dengan Federasi Sepakbola Prancis atas anjuran Jules Rimet, presiden kedua FFF dan FIFA. Tapi klub Perancis secara bulat memutuskan menentang langkah itu, dengan alasan bahwa "orang-orang Saarland tidak akan pernah Perancis!"
Menurut cerita yang beredar, akibat konflik di tubuh anggota Federasi Sepakbola Perancis sang presiden federasi, Jules Rimet harus mundur sebagai akibat dirinya yang sebelumnya menganjurkan FC Saarbrücken untuk bergabung ke liga Perancis. 

Ludwigpark Stadion

Selepas itu FC Saarbrücken menolak kembali ke Ehrenliga di Jerman karena mereka menganggap liga tersebut terlalu lemah. 

Tahun-tahun selanjutnya Saarbrücken hanya bermain di pertandingan-pertandingan persahabatan sampai akhirnya menggelar laga persahabatan antar-klub yang bernama ‘Internationaler Saarlandpokal’, yang mengundang 15 tim papan atas Eropa plus Santiago de Chile. Di babak final, FC Saarbrücken mengalahkan Rennes 4-0 dan memenangkan trofi plus uang dua juta franc. Turnamen tersebut dianggap sebagai cikal bakal Piala Eropa atau kini disebut Liga Champions. Di tahun 1955 FC Saarbrücken mewakili Saarland di Piala Eropa pertama. FC Saarbrücken berhasil menang 4-3  atas AC Milan di San Siro namun kalah 1-4 di leg kedua di Ludwigsparkstadion.
                                                                                               
 
Herbert Binkert (1. FC Saarbrücken) dan Gunnar Nordahl (AC Milan) sebelum laga Piala Eropa




Setelah itu, Saarland tidak banyak terdengar geliat sepakbolanya. SFB (Saarländischer Fußballbund) mengakhiri keanggotaan FIFA yang terpisah dan menjadi bagian dari DFB (asosiasi sepakbola Jerman) sebagai SFV (Saarländischer Fußballverband). Tokoh sepakbola Hermann Neuberger, yang berasal dari Saarland adalah tokoh yang mengusulkan dasar dari Bundesliga pada tahun 1962, menyelenggarakan Piala Dunia 1974, dan menjabat sebagai presiden DFB dari tahun 1975. Saat ini tercatat ada beberapa klub sepakbola yang berasal dari Saarland diantaranya 1. FC Saarbrücken, SV Saar 05 Saarbrücken, Borussia Neunkirchen, dan SV Röchling Völklingen. Merekapun hanya bermain di kasta bawah. Klub legendaris mereka, 1. FC Saarbrücken kini hanya bermain di kasta ke-empat di Jerman (tiga tingkat dibawah 1. Bundesliga). Mereka mengakhiri musim perdana liga Jerman dengan format Bundesliga dengan menempati posisi terbawah. 

Musim 1992/1993 FC Saarbrücken promosi ke  Bundesliga dan langsung kembali degradasi ke 2. Bundesliga. Rochling Völklingen, yang pernah dua kali bermain di play-off promosi Bundesliga, mengalami krisis keuangan akibat dari krisis baja tahun 1977 dan sekarang berada di kasta kelima.

By: @TeguhRama