Wednesday, December 31, 2014

Ironi Sebuah Penghargaan Bernama Ballon D'Or



Sepakbola sejatinya adalah olahraga yang mengutamakan kerjasama tim dengan fungsi dan peran yang berbeda di setiap posisi. Berbeda dengan bola basket yang terkadang cukup dengan sihir satu orang, sebuah laga bisa dimenangkan. Penilaian terhadap kehebatan seorang pemain di tim sepakbola juga sedikit lebih rumit ketimbang basket. Di basket, pencetak poin terbanyak sudah pasti jadi pemain terbaik. Sedangkan atribut lain seperti assist, rebound atau block hanya sekedar pemanis statistik. Di Basket, semua posisi juga memiliki peluang sama dalam mencetak poin, sebuah pembeda utama dengan sepakbola dimana masing – masing posisi punya porsi dan tugas yang berbeda.


Bicara tentang perbedaan utama antara sepakbola dan basket, saya sedikit miris melihat penilaian Ballon D’Or musim ini bahkan, khususnya saat FIFA sudah mengambil alih tepatnya sejak tahun 2010. Terlepas dari kehebatan bahkan menjurus luar biasanya Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo, saya melihat kecenderungan sepakbola mulai berubah seperti basket. Gol adalah satu – satunya indikator kehebatan / kelayakan seseorang pesepakbola untuk diakui kehebatannya. Media memoles kehebatan dua mahluk tadi menjadi pemain “ter-segalanya” di sepakbola saat ini, 5 tahun ke belakang khususnya. Dalam setiap pagelaran FIFA Ballon D’Or dua nama tadi seperti tidak tergantikan dan harus menggerus peluang pemain lain yang kalo kita mau lihat secara fair juga sangat layak.

Ballon D’Or 2014 tersisa 3 kandidat; Manuel Neuer, Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi. Dengan segala hormat kepada Messi dan CR7, sejujurnya bagi saya jelas lebih bergengsi Piala Dunia ketimbang UCL ataupun sekedar rekor – rekor pribadi dalam urusan mencetak gol. Sampai disini sebenernya sudah jelas kan siapa yang menurut saya lebih layak menang Ballon D’Or 2014?. Tapi menarik jika kita bahas lebih mendalam satu persatu, mari disimak.



Manuel Neuer, tidak usah diragukan lagi prestasinya di klub dan timnas. Bersama Bayern Munchen, ia menyumbangkan trofi yang cukup krusial dan tentu pencapaian bersama timnas sebagai juara dunia jelas nilai yang sangat plus. Tidak ada celah bagi pemain ini kecuali posisinya sebagai kiper yang kurang dihargai di dunia sepakbola dan minimnya pemberitaan tentangnya. Neuer juga melewati proses yang panjang di Bayern, setiap musim penampilannya terus membaik dan saat ini ia dalam puncak performance-nya.



Cristiano Ronaldo, seorang mesin pencetak gol. Bagi saya dia bukanlah manusia, tapi ia adalah "mesin" jika dalam urusan mencetak gol. Tak perlu saya paparkan statistiknya disini karena media sudah terus menerus menuliskan tentang kehebatannya termasuk statistik di dalamnya. Real Madrid dibawa meraih La Decima dan Copa Del Rey musim lalu. Jelas secara gelar sangat prestisius tapi yang sedikit mengganggu benak saya adalah, dimana kontribusinya saat final berlangsung? Di final Copa Del Rey ia hanya di bangku penonton tidak menyumbangkan apapun. Di final UCL, penampilannya sangat standar bahkan hanya mampu mencetak sebuah gol konsolasi itupun melalu penalti. Gareth Bale di final CDR dan Di Maria di final UCL jelas menjadi kunci yang tidak terbantahkan, lalu dimanakah fungsi Cristiano Ronaldo saat penentuan gelar juara? Bagi saya pribadi jika pendekatannya adalah pencapaian real Madrid, jelas Di Maria lebih layak dikedepankan sayang media terlalu sibuk memoles Cristiano Ronaldo dan itupun hanya dilihat dari gol – golnya saja bukan prosesnya.



Lionel Messi, ini bagi saya ia adalah "predator" dari planet lain. Puluhan gol selalu lahir dari kakinya di setiap tahun bahkan dengan cara yang unik – unik, baik gol simple maupun berkelas. Selebrasinya juga tidak pernah over acting seperti seteru abadinya, sayangnya apakah hasil kerjanya setahun ini ada yang bisa membuat El Barca dan atau timnas Argentina bangga? Messi gagal meraih gelar bagi klub dan timnasnya. 

Tapi, lagi – lagi polesan media atas torehan rekor pribadinya melalui gol kembali menenggelamkan esensi sepakbola. Semua diukur dari gol, oleh karena itu pemain ini seperti haram hukumnya jika tidak masuk 3 besar Ballon D’Or, sungguh ironis!. 

Selain kondisi diatas, hal yang semakin membuat lucu adalah, Angel Di Maria terpilih menjadi pemain terbaik Argentina 2014. Jika di negaranya saja dia bukan yang terbaik, lalu bagaimana ceritanya ia bisa menjadi calon pemain terbaik dunia?

Bagi saya pribadi, masuknya Cristiano Ronaldo mungkin masih bisa diterima dengan berat hati. Karena, sejatinya jika pendekatannya adalah prestasi di Real Madrid jelas nama Angel di Maria lebih layak. Di Maria memulai musim lalu dengan ancaman terbuang dari skuad Don Carlo, Di Maria bersedia main sebagai gelandang tengah, apa – apa yang ia capai musim lalu adalah sebuah proses adaptasi panjang. Ia sejatinya adalah seorang winger, tapi mau mengalah dan bisa tampil baik di bukan posisi aslinya. Ia juga sangat vital perannya di dua partai final Real Madrid yaitu Copa Del Rey dan Liga Champions. Tapi lagi – lagi saya mendapati sepakbola sudah berubah seperti basket, gol adalah segalanya. 

Lionel Messi juga sama saja, pemberitaan rekor dan argo gol membuatnya bisa bercokol di tiga besar menenggelamkan nama – nama pemain asal Jerman yang menurut saya lebih layak seperti Thomas Muller, Philip Lahm, maupun Schweinsteiger. Hampir semua pilar jerman yang sukses di piala dunia juga sukses bersama klubnya khususnya Bayern Munchen.

Sepakbola adalah olahraga tim, sebuah penghargaan harusnya lebih menekankan pada proses dan alat ukur yang sesuai dengan posisinya.

Sepakbola bukan bola basket yang hanya mengukur kehebatan pemain berdasarkan gol dan rekor yang dipecahkan. 

Sepakbola adalah bagaimana kiper menjadi pintu terakhir, bagaimana bek menghalau serangan, bagaimana gelandang memotong serangan atau menyuplai bola dan bagaimana striker mencetak gol. 

Sepakbola adalah olahraga proses mengalirkan bola dari belakang ke depan hingga berujung gol

Sebuah gol di cabang sepakbola bukan seperti basket yang bisa dilakukan seorang pemain dari ring timnya ke ring lawannya seorang diri, tapi pasti hasil kerjasama dari sebuah tim setidaknya minimal operan langsung dari kiper. 

Hingga detik ini, saya belum menemukan Lionel Messi atau Cristiano Ronaldo membawa bola dari depan gawang timnya hingga mencetak gol dengan dilakukan seorang diri tanpa sentuhan pemain lain, tapi nama – nama seperti Michael Jordan, Kobe Bryant, LeBron James sudah puluhan kali melakukan hal seperti itu di basket. Kini, sepakbola sudah bergeser seperti baskek. Gol adalah segalanya, anda masih tidak percaya? 2 dari 3 pemain kandidat peraih Ballon D’Or adalah jawabannya.

by: @istian

Monday, November 10, 2014

Pahlawan yang (tak akan lagi) Terlupakan

Kalian pasti sudah sering mendengar kata "Unsung Hero". jika kita menyebut kata tersebut, adakah pemain yang muncul di benak kalian ? Ya, pastinya fans Manchester United menyebut Park Ji-Sung / Darren Fletcher. Fans FC Barcelona akan mengingat jasa Juliano Belletti yang memberi gelar Champions League 2006 ke klub katalan. "Unsung Hero" adalah pemain - pemain penting namun jasanya kadang diremehkan bahkan dilupakan. Ini dia beberapa pahlawan tersebut:

5. Giuseppe Cardone (Parma)

Pic: www.tuttomercato.web
"Parma ? Oh, iya dulu magnificent seven di Serie-A kan? Pernah dibela Nakata, Fabio Cannavaro, Buffon, terus.."
Giuseppe Cardone ?

Sang defender bergabung dengan Parma untuk pertama kalinya pada 1999. Pada musim pertamanya, ia langsung diasingkan ke Vicenza yang akhirnya berani mengeluarkan 2.2 juta Euro untuk mempermanenkan jasa Cardone. Pada tahun 2003, Parma kembali meminang lulusan AC Milan Primavera tersebut saat sudah berusia 29 tahun.

2004-2005, Parma yang juga mengikuti kompetisi eropa, EUFA Cup terancam degradasi dari Serie-A setelah mengakhiri musim di peringkat 18. Beruntung saat itu kompetisi tertinggi Italia belum menggunakan peraturan seperti sekarang dimana 3 klub terbawah secara otomatis turun ke Serie-B.


Disinilah momen emas Cardone bersama Parma muncul. Menghadapi Bologna yang finish satu strip di atas mereka, Parma tumbang 0-1 di kandang sendiri. Bologna diunggulkan untuk bertahan dengan leg kedua akan digelar di Renato Dall'Ara.

Datang ke kandang lawan sebagai underdog, Cardone berhasil membungkam supporter tuan rumah setelah membawa Parma unggul saat laga belum genap 20 menit. Aggregat menjadi 1-1, dan membangkitkan kepercayaan diri rekan - rekannya bahwa mereka dapat memenangkan Derby dell'Emilia terpenting sepanjang sejarah rivalitas kedua klub. Akhirnya, mesin gol Parma, Alberto Gilardino menggenapkan usaha mereka tepat sebelum turun minum dan menyelamatkan klub peraih 3 piala Coppa Italia tersebut dari degradasi.

Cardone merupakan mantan kapten Parma yang harus ditinggalkan akibat cedera lutut pada tahun 2006. Sayangnya banyak yang melupakan nama sosoknya.


4. Fernando Morientes (AS Monaco)


Pic: Hubertherry.wordpress.com
Fernando Morientes bukanlah nama asing di telinga para penikmat sepakbola. Ia pernah membela klub - klub superior seperti Real Madrid dan Liverpool, namun satu fakta yang sering terlupa adalah bahwa striker kebangsaan Spanyol ini menikmati masa - masa terbaiknya saat dipinjamkan ke AS Monaco.

2003-2004, Morientes tersingkir dari persaingan lini depan El Real, dan dipinjamkan ke klub Ligue 1, AS Monaco. Bersama tim inilah Fernando Morientes menunjukan kualitas terbaiknya. Ia membawa AS Monaco sukses melaju ke final Champions League - pencapaian terbaik klub di daratan eropa- dan juga kembali bersaing untuk gelar juara domestik walaupun akhirnya hanya mampu menyelsaikan musim di peringkat ketiga liga.

Momen unik terjadi saat AS Monaco bertemu dengan Real Madrid pada qurter - final Champions League. Fernando Morientes yang masih berstatus pemain dari klub ibu kota Spanyol diizinkan untuk bermain di kedua laga yang akan diselenggarakan. Pada leg pertama, AS Monaco dibungkam 4-2 oleh Los Galacticos, namun Morientes menyumbang salah satu gol tandang di Bernabeu. Pada leg kedua, Morientes kembali membobol gawang 'pemiliknya' sebagai penanda comeback AS Monaco yang sudah terlebih dahulu tertinggal lewat gol Raul.

Gol tersebut membuat mereka hanya membutuhkan 1 gol lagi untuk lolos ke semi-final, dan Ludovic Giuly yang mencetak gol menyeimbang, membungkam klub bertabur bintang dengan gol keduanya. AS Monaco lolos ke babak selanjutnya setelah unggul gol tandang di pertandingan yang berakhir dengan aggregat 5-5 dan Morientes menjadi top skorer Champions League musim tersebut.

Bayangkan penyesalan Real Madrid..


3. Antonio Puerta (Sevilla)


Pic: Mundodeportivo.com
Puerta merupakan bek muda milik klub asal Andalusia yang meninggal 3 hari setelah ia pingsan di lapangan saat Sevilla menjamu Getafe (25/08/07). Meninggal akibat kerusakan berbagai organ tubuh pada usia 22 tahun tentu sesuatu yang sangat disayangkan. Namun, semasa hidupnya yang singkat, Antonio Puerta telah mengangkat 4 piala berbeda bersama satu - satunya klub yang ia bela.

Dari keempat piala tersebut, satu yang paling berkesan adalah trophy UEFA Cup 2006. Itu merupakan gelar UEFA pertama yang diraih Sevilla. Berisikan 'generasi emas' seperti Dani Alves, Adriano, Jesus Navas, Kanoute dan Javier Saviola, Sevilla memang patut disegani. Antonio Puerta juga salah satu dari generasi emas yang dimiliki rival Real Betis tersebut, Bahkan, tanpa pemain ini, mungkin saja tidak ada gelar EUFA Cup 2006 bagi Sevilla. Memiliki posisi yang sama dengan Adriano Correia, Puerta harus bersabar menunggu giliran di bangku cadangan dan seperti kata orang - orang bijak,
"Tidak ada perjuangan yang sia-sia"
Antonio Puerta diberi kesempatan untuk tampil di leg kedua semi-final melawan Schalke. Agregat masih imbang tanpa gol setelah tidak ada yang berhasil menembus gawang lawan mereka pada leg pertama di Jerman. Gantikan Adriano pada menit ke-77, Puerta memastikan pertahanan maupun penyerangan Sevilla tidak menemui jalan buntu melalui aliran bola dari sayap. Pertandingan berakhir imbang 0-0 dan memaksa perpanjangan waktu.

Tepat pada menit ke-100 atau 10 menit setelah extra-time dimulai, Antonio Puerta melakukan overlapping memanfaatkan sisi kanan pertahanan Schalke yang minim penjagaan, lalu ia menerima umpan matang di tiang jauh sebelum mengontrol bola dan melepaskan tendangan yang mengantarkan Sevilla ke final UEFA Cup.


2. Simao Sabrosa (Atletico Madrid)


Pic: Zimbio.com
Atletico Madrid mulai menjadi kekuatan baru di eropa setelah mereka berhasil menembus final Champions League 2013/2014 lalu. Sebelum pencapaian tersebut, mereka berhasil meraih 2 gelar Europa League (2009-2010 & 2011-2012). Sebenarnya pecapaian tersebut sudah mencuri perhatian dunia sepakbola, namun fokus lebih diberikan ke lini serang Atleti yang begitu tajam dihiasi Aguero dan Forlan (09/10) serta Falcao (11/12).

Pada kesuksesan mereka di musim 2009 - 2010, sedikit yang menyadari peran krusial Simao Sabrosa. Sebelum Atletico Madrid memiliki Arda Turan sebagai icebreaker mereka, Simao merupakan sosok andalan klub. Tenang dalam penguasaan, cepat dan memiliki umpan - umpan matang untuk memanjakan para striker. Atletico Madrid memulai kompetisi eropa musim tersebut di Champions League, namun tersingkir ke Europa League setelah hanya berhasil menjadi peringkat ketiga dan akhirnya menjadi juara kompetisi tersebut.

Rekor Atletico Madrid di Champions League saat itu sangatlah buruk, mereka hanya berhasil meraih tiga poin dari total enam pertandingan dan kemasukan 12 gol (6 diantaranya oleh Chelsea). Poin yang diperoleh Atletico Madrid sebenarnya sama dengan poin klub asal Cyprus, APOEL, bahkan klub tersebut kebobolan lebih sedikit (7 gol) dibanding Forlan dan kawan - kawan.

Satu - satunya alasan Atletico Madrid berhasil meraih peringkat ketiga adalah peraturan gol tandang yang lebih didahulukan dibanding selisih jumlah gol dan skor kacamata bertahan hingga akhir saat keduanya bertemu di Madrid. Beruntung saat laga di Cyprus, gol Simao Sabrosa berhasil mencuri 1 poin untuk Atletico Madrid setelah sebelumnya mereka tertinggal lewat gol cepat Nenad Mirosavljevic.

Tanpa gol Simao, jangankan piala EUFA Ueropa League, Atletico Madrid tidak akan ada di kompetisi tersebut.  


1. Massimo Maccarone (Middlesbrough)

Pic: Goal.com
Siapa yang kalian ingat jika mendengar kata Middelsbrough ? Mendieta, Juninho, Julio Arca, Mido.. Bagaimana dengan pemain ini?

Nama Maccarone masuk dalam 10 pemain asal Italia yang gagal di Premier League versi Goal.com. Dibeli dari Empoli seharga 8.15 juta Euro, striker yang sempat membela AC Milan ini hanya menyumbangkan 18 gol hingga akhir masa baktinya di tahun 2007.


Jika melihat raihan gol-nya sebagai seorang striker, tentu Maccarone akan dianggap gagal di riverside. Bagaimana melihat sisi positif dari raihan buruk tersebut ? Kita harus mengingat bahwa saingan Maccarone di lini serang Middlesbrough sangatlah kompetitif.

Viduka, Yakubu hingga Jimmy Flyod Hasselbaink semua pernah berada di satu tim bersama Maccarone dan mengingat prestasi pada musim pertamanya di Premier League, Maccarone merupakan top skorer bagi Middlesbrough. Raihan gol-nya yang minim juga membuat banyak orang lupa andil Maccarone saat The Boro berlaga di EUFA Cup 2005 - 2006. Middlesbrough yang meraih tiket eropa setelah berhasil akhiri musim sebelumnya di posisi ke-7, tak terkalahkan di babak penyisihan group. Mereka meraih 10 poin hasil 5 kemenangan dan 1 imbang dan lolos ke fase berikutnya. Pada babak knock-out, rival dari Sunderland ini berhasil menumbangkan klub - klub kaliber Champions League seperti AS Roma dan FC Basel.

Saat laga melawan FC Basel di quarter-final, Maccarone menjadi pahlawan Boro setelah memastikan langkah mereka ke 4 besar. Kalah 0-2 saat bertandang ke Basel, dan kebobolan sekali di kandang. Marc Viduka dan JFH hanya dapat menyamakan aggregat menjadi 3-3. Jika pertandingan berakhir seperti ini, Basel akan lolos ke semi-final karena peraturan gol tandang, tapi detik - detik akhir sebelum peluit panjang, Massimo Maccarone mencetak gol dan membalikan kedudukan menjadi 4-3 secara agregat.

Maccarone melakukan hal serupa di semi-final, saat Middlesbrough bertemu Steaua Bucharest dan membawa timnya ke final EUFA Cup melawan Sevilla.


Semoga setelah membaca artikel ini, jasa besar mereka tidak lagi terlupakan hanya karena banyak nama yang lebih besar berada bersama mereka.






@adrieedu

Sunday, October 26, 2014

Championship's Repo Men

Leeds United dan Watford memiliki sesuatu yang mungkin terlihat aneh bagi kita.

Pemilik kedua klub berasal dari Italia, dan sama - sama melestarikan 'budaya' yang berasal dari liga sepakbola Negeri Pizza tersebut walaupun bermain di Sky Bet Championship (Inggris). Apakah itu ?

Tradisi berganti Manager / Head Coach jawabannya. Terhitung hingga hari ini ; belum setengah musim, namun mereka telah bongkar-pasang posisi di kursi kepelatihan sebanyak 4 - 5 kali.





26/10/2014



Namun hasil yang mereka raih dapat dikatakan berbeda 180 derajat.. Kenapa ?

1. Leeds United

Owner yang ambisius tentunya sesuatu yang diinginkan semua klub, termasuk Leeds United. Tetapi,  jika ia adalah seseorang berkepala panas seperti Massimo Cellino tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi mereka. 

Musim ini merupakan pembuktiannya, membawa catatan mengganti pelatih 36x selama 22 musim menjadi pemilik klub Serie-A, Cagliari, musim pertama Cellino berkuasa di Elland Road telah membuat mantan klub Alan Smith ini berganti pelatih sebanyak 5 kali. Ya, lima.

Korban pertama tentu saja Brian McDermott setelah Cellino resmi masuk jadi pemilik Leeds di awal Juni. Penggantinya ?















Dave Hockaday dan Massimo Cellino











Catatan pre-season mentereng Hockaday sempat menghapus keraguan bayak orang karena dia hanya pernah melatih tim Conference (Forest Green Rovers) sebelum menjadi naik ke tampuk jabatan ini. Namun bencana bagi Dave, saat kompetisi sesungguhnya bergulir, kecemerlangan tersebut hilang tanpa jejak dan kesabaran Cellino ikut lenyap setelah 6 pertandingan dan dia membuktikan apa yang dia katakan di awal musim.

( Preview saya tentang penunjukkan-nya sebagai Head Coach Leeds dapat anda baca disini )

Kepergian Hockaday dilapis oleh Neil Redfearn sebagai caretaker. Rekor NR hampir.mulus dengan 4 pertandingan tak terkalahkan. Hingga akhirnya mantan Sturm Graz, Darko Milanic ditunjuk sebagai head coach baru Leeds. Lagi - lagi Cellino menggunakan perumpamaan sebuah semangka sama seperti saat ia memilih Hockaday sebagai head coach Leeds.



"He (Darko Milanic) was a "very cool guy". "We've been waiting for him about 15 days."
"I don't know (why I've chosen him). Coaches are like watermelons. You find out about them when you open them."

 dan setelah 'semangka' bernama Milanic dibuka..














Hasil tersebut membuat Milanic kehilangan pekerjaannya bersama Leeds United, tapi namanya akan tetap diingat oleh publik karena ia merupakan manager dengan waktu paling sedikit untuk menangani tim. 32 HARI, mengalahkan 'rekor'  Jock Stein dan Brian Clough yang memimpin Leeds selama.kurang lebih satu setengah bulan.

Kembali Neil Redfearn memimpin, tetapi statusnya telah resmi menjadi head coach Leeds United. Tentunya dia setidaknya harus mengulangi hasil yang pernah ia capai atau uang pesangon dari Cellino akan kembali digelontorkan.



2.Watford

Mereka megawali awal musim dengan baik, 4 kemenangan dari 5 laga dan berada di zona promosi otomatis lalu kemudian geledek menyambar. Beppe Sannino yang telah memegang tampuk kepelatihan selama 8 bulan sejak menggantikan Gianfranco Zola mengundurkan diri karena berselisih paham dengan pimpinan dan pemain Hornets.

Oscar Garcia dipercaya menjadi penggantinya. Sial, mantan manager Brighton & Hove Albion hanya mampu memimpin langsung 1 pertandingan sebelum jatuh sakit. Memimpin tim kurang dari 1 bulan ( 2 September - 29 September ), akhirnya ex-Barcelona digantikan dengan alasan kesehatan. dan Billy McKinlay jadi orang ketiga di kemudi musim ini. McKinlay tidak terkalahkan dalam 2 pertandingan selama 8 hari memimpin Watford. Sayangnya, mantan pelatih akademi Fulham berkebangsaan Skotlandia ini kembali diganti!











Slavisa Jokanovic jadi manager ke-4 setelah ditarik dari tim divisi tiga Spanyol, Hercules. "The Joker" -julukannya selama membela Chelsea- membawa CV menjanjikan sebagai manager dengan raihan gelar juara di Serbia bersama Partizan Belgrade dan juga di Thailand bersama Muathong United.  Bermodalkan hal tersebut, pria kebangsaan Serbia melanjutkan trend positif yang dipegang Watford sehingga saat ini sedang nyaman menjadi runner-up sementara Championship, Hanya kalah selisih gol dengan pemucak sementara, Derby County.

Slavisa Jokanovic
Selain cerdik, Pozzo's yang merupakan pemilik Watford dikenal karena "kekejaman penuh perhitungan" dalam menggunakan pelatih. Andrea Stramaccioni adalah manajer permanen ke-25 yang bekerja di bawah arahan mereka selama 28 tahun memiliki Udinese

Granada telah memiliki manajer keempat dalam dua tahun, dan Jokanovic merupakan orang kelima  yang menjadi bos di Watford.



Anak dan Ayah,Gino dan Giampaolo Pozzo

Baik Cellino ataupun Pozzo's bagaikan Repo Men. Mereka memberi kesempatan kepada sosok yang dianggap mampu untuk membayar kepercayaan (bukan materi), meminjamkan waktu (bukan organ tubuh), tapi jika para manager yang dipinjamkan hal tersebut gagal melunasinya. Pozzo's & Cellino akan bertindak dan secara paksa 'menghilangkan' mereka dari pos masing - masing.


Job is a job, right?



Menurut kalian, berakhir dimanakah Watford dan Leeds United di akhir musim ? Silahkan kalian berprediksi di kolom komentar yang tersedia 





By : @Obinhartono1

PS : Beberapa data diambil dari BBC.

Friday, September 12, 2014

SPFL: Dundee's Derby

   
Dundee United v Dundee FC, Dundee's derby

  Membahas rivalitas antar klub di dalam dunia sepakbola tidaklah mudah, dalam artikel hari ini, penulis ini menceritakan tentang suatu derby tua yang berasal dari sepakbola Skotlandia. Skotlandia, seperti yang kita tahu, merupakan salah satu Negara yang turut mengembangkan sepakbola, walaupun sekarang sekarang ini masa keemasan mereka sudah agak tenggelam, namun seperti yang kita tahu pula, bahwa  hampir sebagian besar pemain sepakbola yang bermain di BPL, Championship division hingga football league berasal dari Skotlandia.

Di masa masa awal perkembangan sepakbola, Skotlandia merupakan salah satu pusat tradisi awal sepakbola, selain Inggris. Berbagai macam rivalitas dimulai disini, salah satunya adalah Derby Dundee. Mempertemukan kedua klub tua, yaitu Dundee United dan Dundee FC.  Kedua klub ini sudah berusia ratusan tahun dengan total 157 pertemuan  dalam sejarah derby mereka.

Sebelum berbicara lebih jauh, Penulis ingin menceritakan beberapa hal penting dalam sejarah rivalitas antar Dundee ini.  Tak jauh dari peperangan antar Irlandia dan Skotlandia, keduanya masih dalam sejarah yang sama, konteks yang sama. Dundee FC dibentuk pada tahun 1893 dengan mayoritas orang Skotlandia di dalamnya, sementara Dundee United, yang sebelumnya bernama Dundee Hibernian, dibentuk oleh sekelompok imigran Irlandia (mirip dengan Hibernian). Persaingan antar budaya dan kultur, menciptakan suasana baru dalam sepakbola Skotlandia kala itu.

Derby yang patut ditunggu di SPFL Premiership

Maka tak heran, apabila kedua klub memiliki gabungan antara kedua firm. Yaitu adalah firm yang tergabung dalam aliansi Old firm, yang berasal dari Edinburgh.

Menyaksikan kedua tim yang tampil di SPFL Premiership musim ini, merupakan nilai plus bagi SFA sendiri, karena walaupun taka da derby Old Firm maupun Derby Edinburgh, setidaknya masih menyajikan salah satu derby tertua di Skotlandia, yaitu Derby Dundee.  Apabila kita melihat sekilas, Dundee FC, setelah hampir satu decade tenggelam di second tier atau SPFL Championship division, baru musim ini mereka naik lagi ke SPFL Premiership, lewat manajer anyar mereka, Paul Hartley.

Fakta lainnya dari derby ini, bahwa keduanya pernah menjuarai SPFL Cup, Dundee FC pada tahun 1962 sementara Dundee United pada tahun 1983.

Paul Dixon, berseragam Huddersfield town

Beberapa nama yang pernah tampil dalam derby ini, memperkuat kedua klub selama karirnya,  mungkin penulis bisa mengatakan, Paul Dixon adalah salah satu bagian dari derby ini. Dixon memperkuat Dundee FC diawal karirnya, lalu pindah ke Dundee United, sebelum sekarang bergabung dengan Huddersfield Town.


Jadi, patut ditunggu Derby antar Dundee ini di SPFL premiership, siapa tahu bisa mengobati kerinduan akan derby derby Skotlandia.

bersambung...

By: @dethtroops

Thursday, September 11, 2014

SPFL: Edinburgh's Derby


Hearts vs Hibernian, Edinburgh derby



Siapa yang tidak kenal akan dua klub legendaris dari Skotlandia, yaitu Hearts dan Hibernian?  Saya yakin, seluruh penikmat sepakbola akan setuju bila  SPFL musim ini akan sepi. Sepi dari derby derby tua. Salah satunya adalah Edinburgh derby, salah satu derby tertua di britania raya.  Daya tarik SPFL akan tak lagi menarik, setelah kedua klub yang terkenal rival ini terpaksa harus angkat kaki dari SPFL premiership dan akan berlaga di Championship, bersama Rangers maupun Queen of the South.

Begitu sepinya perhelatan liga Skotlandia alias SPFL premiership division musim ini, sepi dari derby derby lokal. Hanya ada satu derby yang cukup mendebarkan di SPFL premiership, yaitu Derby Dundee, yang mempertemukan Dundee United vs Dundee FC. Sementara, saya dalam pandang subjektif saya, menyisihkan derby Celtic FC vs Motherwell, atau Celtic FC vs Kilmarnock karena saya anggap kurang mengangkat pamor SPFL premiership.  Kurang memikat, jauh berbeda ketimbang saya menyaksikan derby Old Firm yang penuh gengsi dan flashpoint dalam setiap pertemuannya.

Hearts dan Hibernian, merupakan dua klub tua yang dibentuk pada pertengahan 1870-an. Keduanya merupakan klub sukses di ranah sepakbola Skotlandia. Keduanya merupakan saksi sejarah dimana pada era tersebut Queens park mampu merengkuh gelar.

Keduanya berasal dari Edinburgh, melakoni derby pertama mereka pada tahun 1875 di The Meadows, tepat pada hari  Natal, di sebuah tanah lapang, dimana saat itu kita bisa beranggapan bahwa pertandingan tersebut digelar di lapangan biasa, bukan stadion, dan jauh dari kata modern. Pertandingan sederhana digelar, dengan penonton yang mungkin bisa dibilang hanya mencari hiburan di sore hari. Hearts yang berasal dari barat Edinburgh, akan menghadapi Hibernian yang sebetulnya dibentuk oleh komunitas Imigran Irlandia yang menetap di Edinburgh.

Paul Hartley, pernah main di derby papan atas di Skotlandia
Edinburgh derby pernah dilakoni sebanyak 2 kali dalam satu musim yaitu pada musim 1896-1897 dan 2012-2013. Kedua pertemuan itu dimenangkan oleh Hearts. Dalam Edinburgh Derby juga ada traitor nya, yaitu seorang pemain yang memperkuat kedua klub, apabila kita menilik derby derby lain, hal tersebut lazim dilakukan, terutama dengan kapasitas pemain yang loyalitasnya dipertanyakan. Paul Hartley, pernah bermain di Hibernian, namun juga menjadi legenda di Hearts.


Edinburgh Derby, Hearts vs Hibernian

Sekitar dua tahun silam, Hearts memang sedang bobroknya, karena Vladimir Romanov, pemilik Hearts, tak mampu lagi memperbaiki klub, hutang dimana mana, tak mampu membeli pemain pemain dengan kapasitas yang memadai, Tynecastle diambil alih pemerintah, nyaris turun ke kasta ketiga seperti Rangers.  Beberapa pemain di datangkan, pemain kelas dua, sementara Pemain pemain yang cukup top seperti Marius Zaliukas dilepas.

Sementara, Hibernian memiliki polemik yang berbeda. Perpindahan pelatih dan skema permainan dari Pat Fenlon ke Terry Butcher, terlalu sering ganti pelatih, mengakibatkan proses adaptasi pemain tak bekerja lancar. Kekalahan demi kekalahan mereka terima. Puncaknya setelah dibantai 9-0 oleh Malmo FF dalam ajang UEFA Europa League.  Tak mampu meraih kemenangan dalam beberapa partai berturut turut membuat manajemen mendepak Butcher lalu di gantikan oleh Alan Stubbs untuk mengarungi musim kompetisi 2014-2015 di SPFL Championship.

Rivalitas menghasilkan Flashpoint dimana mana

Musim ini SPFL Premiership memang sedang sepi sepinya akan derby yang berkualitas, saya sendiri sebagai penulis menyayangkan hal itu. Begitu sepinya, agaknya  irama sepakbola modern sulit diikuti oleh klub klub teras Eropa, seperti klub yang berasal dari SPFL misalnya. Begitu banyak uang berhamburan, membeli pemain mahal, instant dan praktis.  Namun, tak perlu menunggu lama, berdoa saja semoga musim depan kita sudah bisa menyaksikan Derby Old Firm dan Derby Edinburgh di SPFL Premiership.


bersambung....

By: @Dethtroops

INSIDE: De Graafschap dan pengaruhnya dalam sepakbola Belanda


De Graafschap, 2012-2013

   Eredivisie sebagai salah satu liga top eropa, tentu takkan lepas dari beberapa klub majority yang cukup populer di tanah air. Contohnya, Ajax Amsterdam, Feyenoord ataupun PSV.  Tak perlu banyak pembahasan, toh klub klub tersebut sudah amat populer di tanah air sejak jaman baheula.  Klub klub tersebut selain banyak prestasi yang dikumpulkan, banyak pula pemain pemain dari akademi mereka yang sukses mengibarkan nama di dunia sepakbola. Namun, ada yang terlupa dari Liga Belanda. 

Banyak diantara kita melupakan klub klub medioker yang bisa disebut menelurkan pemain pemain hebat tiap masa, namun penjualan pemain pemain tersebut ke klub yang berada disatu tingkat diatas mereka dirasa perlu, karena keterbatasan finansial untuk mampu mengarungi liga. Pemain pemain tersebut, pemain yang berbakat asli klub tersebut, mungkin hanya sebagai “alat tukar” untuk mendapatkan pemain pemain yang kualitasnya dibawah pemain yang dijual, yang penting klub tersebut mampu memenuhi kuota pemain.


Guus Hiddink muda, mengawali karir di De Graafschap
Dalam artikel kali ini, Penulis dapat mengambil contoh salah satu klub yang penulis sebut diatas. Yaitu De Graafschap. De Graafschap merupakan sebuah klub asal Doetinchem, Belanda. Klub ini, tampil impresif pada musim 2009-2010 lalu, dengan menjuarai Eerste Divisie, atau Divisi 1 nya Liga Belanda. De Graafschap, walaupun nama klub ini terasa asing di telinga, namun klub ini senantiasa menyetorkan punggawanya ke kancah sepakbola dunia. Contoh gampangnya, Guus Hiddink, pelatih tenar asal Negeri kincir angin ini mengawali karir sepakbola pro nya disini.


De Vijverberg, salah satu stadion terbesar di Belanda
De Graafschap memiliki stadion yang bernama De Vijverberg. Sebuah stadion yang berskala internasional, untuk ukuran sebuah klub Divisi 1, dan mungkin salah satu yang terbesar di Eropa.  Menariknya, De Graafschap mungkin bukan salah satu klub penting di Liga Belanda, bila kita melihat dari segi historia nya. Klub ini baru berdiri pada tahun 1950. Sebuah pencapaian menarik, bila kita membandingkan dengan klub klub league one atau championship di Inggris yang notabene klub klub tersebut berdiri lebih awal ketimbang De Graafschap. De Graafschap memiliki fan terbanyak kedua setelah klub klub papan atas Eredivisie , terutama di Belanda. Dan mereka ini rival terberat dari Vitesse Arnhem!


Jhonny Van Beukering, sekitar tahun 2003
Kembali ke topic bahasan kita, bahwa klub ini merupakan salah satu klub dengan pemain pemain akademi yang cukup dikenal di sepakbola dunia.  Meskipun tidak  banyak orang yang tahu, De Graafschap yang hobi mondar mandir di Eredivisie kemudian ke Eerste divisie ini pernah menelurkan bakat bakat seperti Siem De Jong, Luuk De Jong, Klaas Jan Huntelaar, Peter Van Vossen,  Patrick Paauwe dan tentu saja nama yang cukup akrab di telinga penikmat sepakbola Indonesia, Jhonny  Van Beukering.









Beberapa musim yang lalu, tepatnya musim 2011-2012, De Graafschap sempat terdengar kembali di kancah eredivisie. Lewat duet striker klasiknya yaitu Steve Danny Marc De Ridder dan Rydell Poepon. Bagi penikmat Liga Inggris, Steve Danny Marc De Ridder tentu bukan nama yang asing. Ya, dia pernah berseragam Southampton dan Bolton Wanderers. Namun, duet striker itu tak mampu mengangkat De Graafschap ke tengah klasemen Eredivisie. Pada musim 2012-2013, mereka harus angkat kaki dari Eredivisie.





Sekilas mengenai  De Graafschap, kita dapat mengambil kesimpulan, bahwa klub kecil bukan berarti tak memberikan kontribusi, namun juga dapat memberikan pengaruh, bagi Negara tempat mereka berdiri.


By: @dethtroops

Wednesday, August 13, 2014

5 Derby terpanas di jagat Football League!

Setiap tahun selama puncak musim panas di Inggris , Football League merilis kalender seluruh pertandingan musim mendatang untuk penggemar sepak bola yang sudah bosan menghitung hari dimulainya kembali "rutinitas" mereka. Apa hal pertama yang setiap penggemar dicari saat melihat kalender pertandingan? Derby lokal.Bukan,tulisan ini tidak akan seluruhnya membahas tentang Derby County tentunya tetapi sebuah bagian dari tradisi sepak bola yang sudah dimulai sejak beberapa dekade,Derby atau rivalitas satu tim dengan tim lainnya adalah salah satu aspek besar dari Football League . Derby terbentuk untuk sejumlah alasan yang berbeda dan mereka merupakan bumbu tambahan untuk pertandingan tertentu untuk setiap tim. Keluarga dapat terbagi dan persahabatan dapat hancur karena Derby ; rivalitas bisa menjadi urusan sengit. Tapi Derby mana sajakah yang bisa ditaruh di urutan teratas dari semua rivalitas yang ada di Football League musim ini atau musim mendatang ?


1. Sheffield United v Sheffield Wednesday ( Steel City Derby )

Dua klub besar yang kurang beruntung baru-baru ini adalah dua tim asal kota Sheffield. Kedua tim menghabiskan awal abad ke-21 di Football League dan jarang bisa menembus ke Premier League. Rivalitas antara kedua tim merupakan salah satu derby tertua di dunia dan juga salah satu yang paling sengit. Berasal dari kota yang sama menambah rasa setiap pertemuan karena pendukung kedua tim sering kali datang dari keluarga yang sama membuat hasil menjadi lebih penting untuk fans. Dua klub sering berdebat karena prestasi dan sejarah mereka sehingga pertemuan tidak dapat diduga sehingga menambah euforia bagi yang menang dan kesedihan bagi yang kalah.

Banyak pertandingan "Steel City Derby" berakhir dengan skor besar,seperti kemenangan 7-3 untuk United di Bramall Lane pada tahun 1951 yang masih diingat oleh banyak pendukung Blades ( julukan United ) dan kemenangan 4-0 Owls ( julukan Wednesday ) yang sering disebut sebagai "Boxing Day Massacre" oleh para pendukung sejak tahun 1979. Tapi yang terbesar dari semua mungkin adalah Semifinal FA Cup 1993 di Wembley di mana lebih dari 75.000 penggemar melihat Wednesday keluar sebagai pemenang lewat skor 2-1 setelah perpanjangan waktu. Merupakan suatu kebetulan dimana kedua fans menjuluki satu sama lain sebagai "Babi"' dengan legenda menurut pendukung United mengatakan bahwa Hillsborough ( kandang Owls ) merupakan bekas sebuah peternakan babi, dan pendukung Wednesday menjuluki Blades seperti itu karena kit merah dan putih United menyerupai potongan daging babi.

Musim ini : Sheffield United masih berada di League One dan Wednesday anteng di Championship untuk musim 14/15.Tidak bertemu di liga,akan tetapi akan sangat dinikmati jika mereka bertemu di ajang FA Cup ataupun Piala Liga setelah pertemuan terakhir mereka di tahun 2012.

2. Burnley v Blackburn Rovers ( The East Lancashire Derby )

"The East Lancashire Derby" atau yang sering disebut "The Battle of Burns" atau "El Lanclasico" didominasi oleh Rovers dalam beberapa tahun terakhir. Burnley harus menerima 35 tahun tidak pernah menang atas saingan mereka. The East Lancs Derby memiliki catatan operasi kepolisian terbesar di Inggris untuk pertandingan sepak bola,mengapa ? karena beberapa game terakhir telah ternoda oleh pertempuran antara penggemar dan hasil-nya telah meninggalkan rasa pahit yang terasa bagi kedua tim (meskipun dapat dikatakan sebagian besar pendukung Burnley yang harus merasakannya)  

Promosi di musim 2013/2014 untuk Clarets ( julukan Burnley ) berarti tidak akan ada pertemuan liga pada 2014-15 dan akhirnya waktu istirahat untuk para penggemar kedua tim,pertemuan terakhir yang berbuah kemenangan Burnley 2-1 di Ewood Park ( markas Blackburn ) mematahkan rekor buruk 35 tahun dan membuat mereka jadi jagoan lokal disana. Tradisi saling mengejek satu sama lain selama bertahun-tahun, musim 2009-10 penggemar Blackburn mengejek Burnley dengan mengenakan topeng Owen Coyle, karena ia meninggalkan Clarets untuk bergabung Bolton, maka di pertandingan terakhir Blackburn sebelum degradasi dari Premier League,pendukung Burnley mengatur sebuah pesawat yang dibelakanya berkibar spanduk bertuliskan "In Venky We Trust" untuk terbang di atas Ewood Park.

Musim ini : setelah musim lalu bertemu di liga ,Burnley promosi sehingga kedua tim sementara tidak bisa melanjutkan rivalitas mereka dimusim 2014/2015.mungkin ada peluang kecil bertemu di FA Cup atau Piala Liga ?

3.AFC Wimbledon v MK Dons ( Dons Derby )
 
Rivalitas yang sangat baru-baru ini terbentuk ketika pemilik Wimbledon FC memutuskan untuk mengatasi berkurangnya basis penggemar mereka yang terbatas dengan mengikuti trend yang banyak terjadi di Amerika Serikat yaitu pindah pada musim 2004-2003. Pindah dari selatan barat London, ke kota yang tidak memiliki tim besar Milton Keynes - Buckinghamshire yang memiliki jarak sejauh lebih dari 80 mil. Langkah itu kontroversial dan tidak populer,terutama untuk penggemar Wimbledon yang kebingungan karena tiba-tiba kehilangan tim mereka.  

Tetapi para fans yang kebingungan dan marah ini langsung menanggapi dengan memulai sebuah klub baru bernama "AFC Wimbledon" dan seperti dalam dongeng klub baru yang dimiliki dan dijalankan oleh para penggemar naik dari dasar piramida sepakbola Inggris. Hanya dalam sembilan musim, mereka sudah berada di League Two! Hingga sampailah di tahun 2012 ketika mereka menghadapi MK Dons yang merupakan perwujudan dari tim yang pindah kota tersebut  untuk pertama kalinya, di babak ketiga FA Cup. Banyak penggemar AFC berencana untuk memboikot pertandingan, tetapi mereka yang memilih pergi untuk menonton pertandingan ini melihat tim yang mereka bangun dari bawah dengan bangga walaupun kalah lewat gol Jon Otsemobor setelah Jack Midson membuat mereka menyamakan skor menjadi 1-1.

Musim ini : Walaupun tidak dalam satu divisi,mereka akan bertemu di putaran pertama Piala Liga.Pertemuan kedua sepanjang sejarah dan terjadi lagi di ajang Piala tentu menjanjikan pertarungan yang menarik!

4. Ipswich Town v Norwich City ( East Anglia Derby )

Dua tim yang markas-nya berjarak 40 mil antar satu sama lain,tetapi menjanjikan persaingan sengit jika mereka bertemu.Inilah "East Anglia Derby"! Pertama kali bertemu di tahun 1902,kedua tim hingga saat ini sudah bertemu sebanyak 139 pertemuan.Dua pertemuan yang menarik antara kedua klub,semuanya terjadi di kompetisi piala. Pada musim 1972-1973 Ipswich mengalahkan Norwich 4-2 secara agregat untuk memenangkan Texaco Cup ,serta pada tahun 1985 klub bertemu di semi-final Piala Liga. Ipswich memenangkan leg pertama 1-0 di Portman Road, namun Norwich mencetak gol di awal leg kedua di Carrow Road untuk menyamakan agregat. Steve Bruce mencetak gol kemenangan di akhir pertandingan untuk membawa Norwich ke Wembley

Selain pertarungan keras di lapangan,Derby ini memiliki sejarah kerusuhan suporter sehingga kepolisian selalu meminta pertandingan dimainkan siang hari agar mengurangi kemungkinan bentrok kedua suporter.Namun dibalik kerasnya East Anglia Derby ,tersimpan satu kejadian yang mungkin anda bisa percaya ataupun tidak dan hal ini terjadi bukan di pertandingan itu.Tahun 2001 saat Norwich menjamu Burnley di First Division ( sekarang Championship ) ,operator papan skor mereka menampilkan "Man Utd 1 - 0 Scum" di papan skor saat Ipswich masih ada di EPL .Seluruh wajah di Carrow Road memerah melihat hal itu dan walaupun hal itu hanya untuk lucu-lucuan ( atau operator mereka frustrasi melihat rival ada di atas ),pihak Norwich langsung meminta maaf atas kejadian itu.

Musim ini : East Anglia Derby kembali hidup setelah terakhir kali dimainkan di musim 2010/2011 saat Norwich menghancurkan Ipswich di liga.Akankah Tractor Boys menuntut balas musim ini dan memberikan tambahan derita kepada Canaries yang degradasi ke Championship ?

5. Derby County v Nottingham Forest ( East Midlands Derby )

Derby terbesar yang sering dimainkan di Football League saat ini adalah "East Midlands Derby". Nottingham Forest dan Derby County memulai sejarah mereka terjalin sejak awal 1970-an ketika seorang pria muda bernama Brian Clough mengambil alih kendali di Baseball Ground ( markas lama Derby ) dan memimpin Rams ( julukan Derby ) untuk promosi dan kemudian menggapai gelar Divisi Pertama, tetapi argumen dengan pemilik klub membuat dia mngunduran diri, yang diterima. Setelah beberapa saat bekerja di Leeds United,Clough kemudian mengambil alih kendali Nottingham Forest yang merupakan tetangga Derby di mana ia tidak hanya menyamai raihan yang dicapai saat di Derby, tapi juga membawa Forest memenangkan dua Piala Eropa dan 4 Piala Liga hanya dalam waktu 14 tahun yang tentunya meninggalkan rasa asam bagi pendukung Derby.

Beberapa pertemuan terakhir mereka penuh drama, dimana insiden bendera Nathen Tyson (yang ironisnya, kemudian bergabung dengan Derby) pada tahun 2009 yang menyebabkan hukuman larangan bermain untuk dua pemain serta baku hantam antar pemain. Hasil seperti kemenangan Derby dengan 10 pemain pada 2011, kemenangan Forest 5-2 pada tahun 2010 dan Derby 5-0 Februari 2014 lalu membiarkan kedua fans merasakan kegembiraan dan penderitaan yang datang bergantian lewat pertandingan derby. Banyak pemain dan manajer seperti Billy Davies, Rob Earnshaw, Steve McClaren dan Kris Commons yang di-asosiasikan dengan kedua klub yang semuanya menambahkan menjadi bumbu tambahan di "
East Midlands Derby" . Forest dan Derby akan berjuang promosi dari Championship di musim 2014-15 yang seharusnya membuat 2 pertemuan yang akan datang ditunggu oleh kedua kubu.

Musim ini : seperti yang sudah dijelaskan,mereka akan bertemu dua kali di Championship 14/15 dan tentunya dengan ambisi yang kedua tim ingin capai musim ini ,tentunya pertandingan ini patut anda nikmati!



By : @Obinhartono1