Pelaksanaan piala dunia yang begitu marak
pada pertengahan tahun ini selaras dengan maraknya demonstrasi-demontrasi yang
menolak diadakanya turnamen bergengsi tersebut. Berbagai pemberitaan negatif selalu
saja ada menghiasi event yang empat
tahun lalu berlangsung di Afrika Selatan.
Ini bukan pertama kalinya Brazil
menyelenggarakan piala dunia, sebelumya pada tahun 1950 negara yang terletak di paling bawah benua
amerika inipun berhasil menyelenggarakan turnamen yang memperebutkan piala karya
pematung italia, Silvio Gazzaniga. Pada tahun itu juga
terjadi peristiwa yang tidak akan pernah dilupakan masyarakat Brazil hingga
saat ini yaitu, Maracanazo. Tim Samba yang kala itu sudah
digadang-gadang akan menjadi juara piala dunia, secara tragis harus bertekuk
lutut dihadapan Uruguay. Rakyat Brazil pun serasa ditimpa musibah besar.
Beberapa fans yang kecewa bahkan sampai melakukan bunuh diri. Dan para pemain
yang terlibat pada pertandingan tersebut hampir semuanya mengundurkan diri dari
dunia sepakbola karena tidak tahan akan derita yang mereka rasakan, belum
umpatan dari masyarakat yang sangat kecewa akan “mimpi buruk” tersebut.
Hal tersbesar yang terasa
hingga saat ini dari kejadian Macaranazo
ialah, ritual bergantinya jersey utama tim nasional Brazil yang ketika itu
berwarna putih, diganti menjadi warna kuning, seperti yang lazim kita lihat
hingga saat ini.
Gegap gempita gelaran piala dunia 2014 ini
sungguh memang terasa hingga ke seluruh dunia. Jutaan umat manusia di muka bumi
seolah terbius dengan adanya hajatan akbar empat tahunan ini. Tak terkecuali di
Indonesia, anak muda, orang tua, ibu-ibu, bapak-bapak, dari tukang ojek sampai
politikus pun enggan ketinggalan untuk larut pada kemeriahaan kompetisi
sepakbola dunia yang berlangsung dari tanggal 13 juni sampai dengan 14 juli
2014.
Belum lagi peranan media massa cetak maupun
elektronik dalam mewartakan segala kejadian yang terjadi di negara tempat
lahirnya maestro-maestro sepakbola terkemuka tersebut, mereka bahkan memberikan
slot khusus selama bergulirnya piala dunia. Semakin besar saja efek yang dihasilkan bukan?. Bagi para
pengguna sosial media, terutama twitter.
Sudah menjadi makanan sehari-hari jika timeline
mereka diisi celotehan-celotehaan “komentator dadakan” yang kadang terlihat sotoy mengomentari kejadian-kejadian di
lapangan hijau yang mereka lihat dari layar kaca. Tapi, ya disitulah serunya,
bahkan tweet-tweet bola ini berhasil menggeser
tweet-tweet politik yang ramai jelang
pemilihan presiden 2014. Terutama disaat matchday.
Tidak dapat dipungkiri, saya pun menjadi
bagian dari jutaan orang yang tenggelam dalam euphoria pesta bola ini. Saya juga yakin kawan-kawan merasakan hal
yang sama walaupun tidak semuanya seperti itu. Karena tidak semua orang suka
bola, begitupun sebaliknya.
Dibalik meriahnya piala dunia, tahukah kamu
jika pesta bola dunia ini justru ditolak oleh sebagian masyarakatnya sendiri.
Bukan apa-apa, dana yang digelontorkan pemerintah menghabiskan
11,5 milyar dolar untuk mempersiapkan acara selama sebulan itu, termasuk
membangun atau memperbarui stadion di 12 kota yang menyelenggarakan
pertandingan antara ke-32 tim.
Itu belum biaya untuk pengamanan,
dalam piala dunia kali ini diperkirakan 170.000 personil polisi dan militer Brazil
dipersiapkan untuk mengamankan piala dunia. Dengan banyaknya aksi demonstrasi
dan ancaman kerusuhan, maka inilah piala dunia dengan pengerahan aparat
keamanan terbanyak.
Sekitar 100.000-120.000
polisi dikerahkan untuk mengamankan jalanya piala dunia. Bukan hanya itu,
57.000 pasukan militer pun dikirim ke daerah-daerah perbatasan untuk mencegah
masuknya pendatang gelap. Dengan itu, anggaran sebesar 99 Triliun rupiah telah
disiapkan. Edan!
sumber: PanditFootball.com |
Tembok-tembok di jalanan pun
tidak mau ketinggalan untuk bersuara,seperti yang dilakukan oleh street artist asal Brazil, Paulo Ito.
Dia mengekspresikan apa yang masyarakat Brazil rasakan lewat mural-mural di
kota Rio De Jainero dan Sao Paolo. Mereka berbagi keyakinan bahwa 11 miliar
dollar yang telah dihabiskan untuk Piala Dunia seharusnya digunakan untuk
meningkatkan transportasi, kesehatan, dan pendidikan.
Berikut karya-karya dari
Paulo Ito:
By: @pandufeb
No comments:
Post a Comment